4/06/2018

Mengenang Kembali Rasa

Tulisan : Mengenang Kembali Rasa

Puisi, Sajak, Non Fiksi, Tulisan

Sudah bukan bulan Maret. Dan rasa itu masih ada. Jadi, aku tulis saja sebagai ajang mengenang rasa. Mau dibilang apa pun tetaplah sama. Rasa itu masih tinggal hingga sekarang, karena bagiku sebuah rasa tak pernah mengenal ajal.

Dulu kita pernah duduk berdua, berbicara tentang sebuah keinginan. Hingga pada akhirnya hanya menyisakan aku yang tetap tinggal, sedang kau yang pergi dan pindah ke buaian. Tak perlu penjelasan tentang bagaimana rasa, karena takkan ada kata yang mampu mewakilinya.

Ku tau itu rasa yang berlebih dengan harap yang begitu tinggi. Kau pun tetap berjalan dan pergi dengan perlahan. Dan ku bilang pada rasa, tak apa mungkin dia belum tahu bagaimana caranya menghargai sebuah ingatan, karena sebuah keyakinan yang bersanding dengan sebuah keraguan takkan pernah berjalan beriringan.

Baca juga :
Aku Mungkin Takan Bisa, Memberikan Apa Yang Dahulu Kau Miliki
Saat Kamu Memberanikan Diri 
Seseorang Itu Kamu 

Berkali kau katakan, tentang harap yang dibaluti dengan rasa mendalam takkan pernah menemukan tujuan. Yang ada hanya ego untuk saling memaksa tanpa merelakan. Dan aku harus rela menjadi salah satunya, yang menerima sejenak lalu tinggal untuk seterusnya mengenang. Dan bagiku melupakanmu itu wilayah memori, sedangkan memaafkanmu itu wilayah hati, karena tak pernah ada kata salah untuk sebuah pertemuan.

Aku tahu semua akan baik dengan berjalannya waktu, hingga mampu mengobati hilang dan menemukan pulang. Tak perlu memamerkan senang demi sebuah pengakuan. Cukup dengan menjaga hati dengan sebaik-baiknya penjagaan. Melangitkan do'a dipenghujung malam demi meyakinkan hati pada sebuah ketetapan.

Dan semoga doaku masih tetap kamu, meski aku tak menuntutmu untuk sama. Meski sekarang semesta belum mengizinkan, mungkin Ia sedang mempersiapkan waktu terbaiknya. Tidak untukmu, untuk yang lain mungkin? Namun yang pasti untuk siapa pun dia yang kelak akan menjabat tangan ayahku, akan ku hapus semua peluhnya, lelah dalam tiap langkahnya dan akan kusediakan secangkir kopi dengan senyum terbaikku sesuai pintanya.

Untukmu terima kasih, karena telah hadir menjadikan pertemuan sebagai penambah pelajaran tentang kehidupan. Dan jika tidak benar-benar pergi jangan lupa pulang, dan kabari aku jika sudah pasti akan.

Kami sepakat, bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang indah, yang Tuhan ciptakan...