Tulisan : Seseorang Itu Kamu...
Dan adakalanya kita tidak membutuhkan orang yang mehami
dunia kita. Akan tetapi adalah orang yang mau menerima dunia kita.
Entah aku dan kamu sepakat kala itu. Sepakat menjalin hati dalam
kisah yang kita mulai. Yang aku tahu dan pernah kudengar, adanya kata sayang yang
terucap dan tertulis. Dan babak belajar saling memahami pun kita mulai. Aku
berusaha memahami sifatmu yang masih asing bagiku. Begitu juga kamu, yang mau
menerima duniaku. Hal yang mungkin belum pernah atau jarang kamu temui sama
sekali. Kita dua orang yang tak mempunyai hobi yang sama. Aku menyukai hal-hal
sepi, dan tidak begitu menyukai akan keramaian. Jika ingin menikmati waktu denganmu,
aku lebih ingin dan suka menghabiskan waktu denganmu berdua saja. Sementara
kamu lebih suka hal yang sebaliknya. Kamu menyukai hal-hal yang ramai dan
meriah. Kamu menyukai tempat-tempat objek wisata, yang membuatku tidak nyaman
sebelumnya.
Sudah berapa kali kita harus belajar keras untuk saling memahami.
Kamu belum begitu paham duniaku. Dan aku pun juga begitu. Kita sempat dan
sering berdebat. Akan tetapi yang aku sukai darimu, kamu selalu belajar tenang.
Itulah yang menyebabkan aku untuk bisa mengimbangimu, untuk sama memahami duniamu. Karena hal yang
harus kita jalani bukanlah tentang bagaimana memahami duniaku dan duniamu. Akan
tetapi kita harus belajar menciptakan dunia yang baru untuk kita.
Baca juga :
Aku Mungkin Takan Bisa, Memberikan Apa Yang Dahulu Kau Miliki
Saat Kamu Memberanikan Diri
Sebagai seorang yang sudah tak menyukai keluar jauh dari
rumah. Aku pernah berkeinginan mempunyai kekasih yang sama sepertiku. Tetapi,
tuhan mengirimkan kamu kepadaku. Bukan seseorang yang sering keluar dari rumah.
Kamu malah setiap hari beraktivitas di luar. Ya, kamu kuliah di salah satu Universitas.
Kamu pernah berkata kepadaku, kuliah adalah impianku setalah tamat SMA. Kamu
bisa mendapatkan pekerjaan yang layak sebagaimana yang diinginkan oleh kedua
orang tua dan kakak-kakak kandungmu. Berbading terbalik denganku, aku yang
sudah bekerja tidak membutuhkan lagi duduk dibangku kuliah. Layak tidak layak
pekerjaanku, kedua orang tua ku sangat memberi dukungan kepadaku. Dari situlah aku belajar memahami dan mengerti
akan satu hal, terkadang kita tidak butuh orang yang sama dengan dunia kita. Orang
yang sekegiatan dengan kitra. Yang kita butuhkan hanyalah orang yang mau
menerima dunia kita. Yang mau sama-sama belajar memahami. Meski sebelumnya kita
tidak saling menganal satu sama lain.
Kini kita telah sepakat. Menjaga apa yang sudah dimiliki dan
dijalankan. Meski beberapa kali tetap saja ada perdebatan untuk hal-hal yang
belum sepenuhnya kita pahami. Tidak apa-apa, itu wajar dan bersifat lumrah.
Selama kamu dan aku percaya akan satu hal. Sehebat apapun kita berdebat,
percayalah, rasa sayang yang kita miliki jauh lebih besar dari itu. Hal yang
harus kita sadari, kita tidak boleh lama-lama menyimapan dan merawat emosi
buruk. Agar apapun yang kita jaga tetapa ada dan terawat dan bahagia adanya.
Dulu, aku pernah membayangkan hidup dengan seseorang yang sama-sama suka berdiam
diri dirumah. Tetapi kini, aku selalu membayangkan, kelak sebelum aku berangkat
bekerja. Ada seseorang yang harus aku antarkan ke tempat pekerjaanya. Agar ia merasa
bahagia dan bersemangat karena aku. Dan orang itu adalah kamu.
Zae21 | 4 April 2018 | 00:41 WIB