4/01/2018

Saat Kamu Memberanikan Diri


Tulisan : Waktu kita Awal Bertemu...

Tulisan kisah pertemuan

Bisa dibilang tiba-tiba atau direncanakan. Aku masih ingat waktu itu. Dimana kamu mengajak kita untuk bertemu, setelah beberapa hari kita berpesan ria di Facebook. Kamu menyebutkan alasan untuk menemuiku karena dirumah tidak ada siapa-siapa. Kamu merasa jenuh dan ingin keluar rumah. Jadi saat itu, tidak akan ada pertanyaan dari mamah dan bapamu ‘mau pergi kemana’.

Baca juga :
Aku mungkin takan bisa, memberikan apa yang dahulu kau miliki
Waktu itu, kamu mengirimkan pesan Facebook lagi, setelah memberitahukan akan maksud dan tujuan kamu keluar rumah. Kamu memberitahukan sudah berada di tempat yang tak jauh dari rumahku dan tempat pekerjaanku. Sungguh beraninya kamu saat itu.

Aku baca pesan itu. Jantungku berdetak kencang tak karuan, merasakan akan adanya kehadiran perempuan yang akan berdiri dekat disampingku, setelah lama tidak terjadi. Kemuadian aku bergegas dengan sedikit pemaksaan dan keraguan. Perasaan aku campur aduk. Ada malu, ada minder, dan takut. Ya aku takut, apa yang aku dan kamu rasakan nantinya akan kecawa.  Aku takut kamu merasa risih, jijik dan kecewa sudah bertemu dengan kenyaatan makhluk Tuhan yang satu ini. Dan aku juga takut, akan mengalami kekecewaan lagi karenanya.

Tibalah aku ketempat yang kamu janjikan. Ku lihat kamu berdiri dipinggir jalan. Aku hampiri kamu dengan rasa malu dan kecanggungan. Aku mendekat dan berbasa-basi. Entah senyuman atau rona wajah kekagetan yang kamu rasa saat itu. Sampai sekarang pun aku tak tahu akan hal itu. Yang pasti saat itu, aku mengajakmu ketempat pekerjaanku dengan menggunakan sepeda motor pabrikan Jepang Tahun 2008 yang aku punyai satu-satunya.

Yang aku ingat, dibeberapa meter sepanjang jalan ke tempat tujuan, aku mangatakan “ Inilah aku yang ada di Facebook itu”. Dan aku bertanya kepadamu “ Kamu merasa kaget dan kecewa tidak?”. Yang aku ingat kamu tersenyum dan mengatakan tidak.

Dan tibalah kita di tempat dimana aku setiap hari bekerja.

Disana ada beberapa orang yang melihat kita berdua. Mereka pasti menilai kita berduaan. Entah penilaian buruk atau baik untuk aku dan kamu. Kita berdua duduk dan berbincang tentang apa yang kita lihat disekitaran. Dan setelah dalam hitungan menit yang tak pernah kita hitung, kamu pun memutuskan untuk pulang kembali ke rumah. Dan aku pun mengantarkanmu kembali ke tempat pertemuan awal kita.

Ingatkah kamu ?...
Benarkah yang aku tulis ini?...
Kamu tak perlu menjawabnya, cukup diingat saja sembari meminum teh hangat...

Dalam hitungan menit aku mengingat apa yang terjadi di Maret 2015,
Zae21 | 1 April 2018 | 23:05 WIB

Kami sepakat, bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang indah, yang Tuhan ciptakan...